
Medan, PKPA Indonesia – Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) menggelar Pelatihan SPHERE dan Core Humanitarian Standard (CHS) sebagai bagian pertama dari rangkaian pelatihan aksi penanggulangan bencana yang terselenggara selama tiga tahun ke depan. Pelatihan ini ditujukan kepada enam Peer Humanitarian Partner (PHP) dari tiga provinsi, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh. Kegiatan yang berlangsung di Pamah Simelir Cottage, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara ini dapat terselenggara melalui dukungan pendanaan dari ToGETHER dan Kementerian Jerman.
Pelatihan selama tiga hari ini difasilitasi oleh Koordinator Program Disaster Management Unit (DMU) Ismail Marzuki, bersama Manager Program Fandy Zulmi dan Mentor Muchammad Fauzan sebagai co-fasilitator. Fauzan menekankan pentingnya pelatihan ini dalam memperkuat kapasitas para pelaku kemanusiaan, “Pelatihan SPHERE dan CHS sangat krusial karena memberikan standar internasional yang membantu memastikan bahwa setiap tindakan penanggulangan bencana menghormati hak asasi manusia serta melindungi kelompok rentan. Dengan pelatihan ini, kami dapat memberikan respons yang lebih efektif dan bertanggung jawab saat bencana terjadi,” tuturnya yang ditemui di sela-sela kegiatan pelatihan pada Selasa (20/05/2025).
Pada hari pertama, peserta diberikan pemahaman mendalam tentang kebijakan dan peraturan penanggulangan bencana di Indonesia, yang diikuti dengan pemberian materi terkait sistem komando dan koordinasi penanganan darurat yang melibatkan berbagai pihak. Selain itu, mereka juga mempelajari mekanisme kluster nasional dan internasional yang berperan dalam manajemen bencana, serta pentingnya aspek keamanan dan keselamatan bagi pekerja kemanusiaan di lapangan.
Memasuki hari kedua, fokus pelatihan beralih pada pengenalan standar SPHERE, yang merupakan pedoman penting dalam bantuan kemanusiaan. Peserta mempelajari berbagai isu lintas sektor yang terkait, termasuk bantuan berbasis pasar, piagam kemanusiaan, dan kode perilaku. Selain itu, mereka mendalami standar sektoral utama SPHERE 2018 yang mencakup; pasokan air, sanitasi dan promosi higiene (WASH), ketahanan pangan dan gizi, hunian dan pemukiman, serta kesehatan. Materi ini memberikan gambaran komprehensif agar bantuan yang diberikan benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan standar internasional.
Hari terakhir pelatihan diisi dengan pembahasan terkait perlindungan, safeguarding, serta Pencegahan Eksploitasi dan Pelecehan Seksual (PSEA). Para peserta juga mendapatkan pemahaman tentang Core Humanitarian Standard (CHS) yang menjadi kerangka kerja penting dalam respons kemanusiaan. Kegiatan pelatihan ditutup dengan simulasi koordinasi tanggap darurat bencana, yang bertujuan untuk menguji kemampuan peserta dalam menerapkan seluruh materi yang telah mereka pelajari secara praktis dan terpadu.





Pelatihan ini mendapat apresiasi tinggi dari para peserta. Salah satunya adalah Nasip selalu perwakilan dari Yayasan Disabilitas Aceh Tamiang yang menyampaikan, “Pelatihan ini sangat penting untuk memastikan bahwa dalam setiap aksi tanggap darurat, kebutuhan dan perlindungan bagi kelompok disabilitas dapat terakomodasi dengan baik. Kami merasa semakin siap untuk mengadvokasi hak-hak mereka di masa krisis.” Sedangkan Dini Asmira selaku perwakilan dari Marawa Development Indonesia memberikan testimoni positif dengan mengatakan bahwa kegiatan ini memberikan wawasan dan keterampilan yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan respons kemanusiaan yang cepat dan sesuai standar.
Pelatihan SPHERE dan CHS ini menjadi langkah awal yang strategis dalam membangun kapasitas dan jaringan mitra kemanusiaan di tiga provinsi tersebut. Yayasan PKPA berkomitmen untuk terus memperkuat sistem penanggulangan bencana yang tidak hanya cepat dan efektif, tetapi juga berlandaskan pada prinsip hak asasi manusia dan perlindungan kelompok rentan.Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA)