Enam anak dan orang muda menyampaikan 15 rekomendasi pada konferensi nasional. Enam anak tersebut merupakan perwakilan dari berbagai komunitas anak dan orang muda di seluruh Indonesia.
Pagi itu, Naura, salah satu anak yang akan menyampaikan rekomendasi berdiri di atas mimbar di depan puluhan orang dewasa yang merupakan perwakilan dari kementrian, CSO, dan sektor bisnis. Di sisi kiri dan kanannya ke lima orang rekannya, Rizki, Nisa, Icha, Abner dan Amar telah ditampilkan dalam layar Zoom. Mereka berenam telah bersiap untuk menyampaikan rekomendasi. Di belakang mereka terpampang layar besar dengan ilustrasi 2 anak laki-laki dan perempuan mengibarkan bendera merah putih dengan tulisan kapital besar bertajuk Konferensi Nasional Perlindungan Anak 2022, Kebangkitan Nasional dalam Upaya Perlindungan Anak di Indonesia Pasca Pandemi Covid 19 (18-19/05/2022).
Naura, Rizki, Nisa, Icha, Abner dan Amar menjadi perwakilan anak dan orang muda yang mendapat kesempatan menyampaikan 15 rekomendasi terkait masalah perlindungan anak. Rekomendasi anak umumnya berfokus pada implementasi kebijakan yang lebih baik maupun meningkatkan kebijakan dan layanan yang diberikan oleh pemerintah. Salah satunya, adalah rekomendasi agar pemerintah menciptakan system untuk memfilter/ mendeteksi konten berbahaya, hacking dan phising yang sering menyasar anak sebagai korban, terutama pasca covid 19, dimana penggunaan internet meningkat tajam.
Rekomendasi lain, pemerintah didorong untuk meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat, khususnya orang tua terkait isu perlindungan anak dan pengasuhan positing sehingga orang tua dapat mengawasi anak dan mengasuh anak tanpa kekerasan. Tidak hanya itu, beberapa rekomendasi yang disampaikan oleh anak juga membahas tetang anak-anak minoritas diantaranya anak-anak difabilitas dan anak-anak masyarakat adat. Anak-anak ingin agar pemerintah memberikan layanan dengan fasilitas yang dapat diakses semua pihak sehingga inklusifitas dapat terwujud, begitupun dengan anak-anak masyarakat adat yang kenyataannya saat ini sering merasa terancam karena lahan hutan tempat mereka tinggal sudah banyak diambil alih oleh perusahaan bisnis, terutama perusahaan perkebunan.
Kesetaraan gender juga menjadi isu yang dibahas oleh anak, dimana icha, salah seorang anggota komunitas anak di Medan menyampaikan bahwan di daerahnya masih sering terjadi kesenjangan gender, dimana anak laki-laki lebih diprioritaskan dalam pendidikan.
Hadir pada konferensi tersebut, Bapak Nahar, SH., M.Si, Deputi Bidang Perlindungan Anak Khusus Anak KemenPPPA RI. Beliau menanggapi kelima belas rekomendasi anak dengan positif. Beliau berpendapat bahwa anak-anak menyampaikan rekomendasi yang sangat bagus dan tajam. Ini menjadi catatan bagi kementrian untuk mempertimbangkan analisis dan rekomendasi anak-anak dalam upaya menyiapkan regulasi yang lebih baik untuk perlindungan anak. (DMC – Ayu)