Blog

Surat untuk Presiden, Karya Raditya Satria

Magelang, 14 Agustus 2022

Kepada Yth
Bapak Presiden RI

            Assalamualaikum Bapak, apa kabar? Semoga Bapak Presiden bersama keluarga dalam keadaan  sehat.  Perkenalkan, nama saya Raditya, umur 11 tahun dan duduk di kelas 6 SD. Saya menulis surat kepada Bapak karena merasa prihatin dengan banyaknya tindakan kekerasan pada anak, dan saya melihatnya sendiri. Sewaktu kelas satu SD saya punya guru yang  galak. Saking galaknya, ada salah satu teman saya yang hampir tiap hari muntah saking takutnya. Dia selalu menyimpan banyak tisu di laci untuk membersihkan muntahannya. Kata-kata ibu guru terdengar menyakitkan, kalau bahasa sekarang disebut membully. Dan akhirnya teman saya yang sering dikata-katai kasar oleh bu guru tidak naik kelas. Bukankah membully dengan kata-kata apalagi didepan murid yang lain merupakan bentuk dari kekerasan verbal ya Pak?

            Kejadian kekerasan yang lain juga menimpa tetangga baru yang mengontrak di samping rumah kami. Sejak mereka datang, kami saya belum pernah melihat wajah para penghuninya. Pada suatu malam di bulan puasa ketika saya dan ibu selesai tadarus kira-kira pukul 9 malam, kami makan kolak di ruang tengah sambil menonton televisi. Ketika sedang asyik menyantap kolak tiba-tiba terdengar orang berteriak minta tolong. Seketika kami berlari keluar rumah mendatangi sumber suara, dan ternyata dari rumah sebelah. Terlihat seorang ibu beserta anak kecil berusaha keluar dari jendela karena mau di cekik seorang laki-laki. Rupanya laki-laki itu adalah suami si ibu atau ayah dari bocah kecil yang digendong si ibu.  Melihat kejadian itu, ibu saya langsung menarik tangan si ibu malang itu sehingga bisa melompat dari jendela. Akhirnya mereka berdua terbebas dari perlakuan buruk si ayah malam itu. Saya iba melihat anak kecil yang gendong sang ibu, sangat kurus, pucat dan menangis ketakutan. Keesokan harinya pak RT datang dan menceritakan peristiwa tadi malam, dan memang si ibu dan anak-anaknya menjadi korban kekerasan sang ayah, karena sering di pukul, di cekik dan sebagainya.

            Bapak presiden, itulah beberapa contoh kekerasan pada anak yang sudah saya temui, bahkan menimpa teman-teman dan tetangga saya sendiri. Yang kadang saya bingung mengapa orang-orang yang melakukan kekerasan kebanyakan orang-orang yang seharusnya menyanyangi anak-anak, misal ayah, ibu, bahkan guru. Kami, anak-anak, tidak bisa memilih akan terlahir dari keluarga mana, namun kami berharap siapapun yang menjadi orang tua kami, mereka bisa menyayangi ecara tulus, dan tidak melakukan kekerasan terhadap anak-anaknya. Apakah ada cara untuk menghentikan kekejaman terhadap anak-anak? Orang-orang dewasa yang seharusnya menjaga justru paling sering melakukan kekerasan, tidak hanya fisik namun juga verbal bahkan seksual. Bahkan ada perdagangan anak yang sangat mengerikan.

Kadang saya melihat berita di televisi ada anak-anak yang menjadi korban kekerasan bahkan sampai meninggal. Saya sangat sedih melihatnya dan berdoa agar tidak ada lagi anak-anak Indonesia bahkan di dunia ini mengalami hal-hal mengerikan semacam itu. Kami anak-anak Indonesia hanya ingin dicintai, disayangi dan diberi kesempatan untuk meraih cita-cita. Saya berharap pemerintah beserta para penegak hukum membuat aturan yang bisa melindungi anak-anak Indonesia agar kami tidak mengalami kekerasan, jika ada yang melakukannya saya harap ada hukuman yang berat. Saya yang melihat teman dan tetangga yang mengalami kekerasan saja sudah takut sekali apalagi mereka yang mengalaminya, pasti trauma.  Dan kekerasan akan berulang jika tidak dihentikan, karena korban biasanya akan melakukan hal yang sama pada orang lain khususnya yang lebih lemah terutama pada anak. Anak-anak yang sering mengalami kekerasan pasti hati dan mentalnya terluka dan sangat berpengaruh pada perilakunya.

Oleh karena itu Bapak Presiden yang saya cintai, harapan kami agar di masa depan anak-anak Indonesia hidup dengan layak dan gembira dimanapun kami berada, tolong akhiri kekerasan pada anak. Anak-anak Indonesia  seharusnya bisa bebas dari kekerasan dalam bentuk apapun dan menjalani masa anak-anak dengan penuh kasih sayang agar kami kelak bisa menjadi generasi penerus yang percaya diri, kuat, penuh cinta dan berbudi luhur karena warisan kasih sayang dari pendahulu kami. Bukan generasi yang pendendam, penuh kebencian dan mudah terpancing amarahnya, akibat tindakan kekerasan yang sering diterima. Demikian Bapak, surat dari saya, semoga Indonesia bisa menjadi ibu pertiwi yang melindungi anak-anaknya.

Wassalamualaikum

Salam hangat
Raditya Satria M

Kami anak-anak sesungguhnya hanya ingin diterima dan disayang.

Kontak Pengaduan Kasus