Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang rawan bencana. Berdasarkan informasi dari Gelora Viva Sinulingga, Kepala Pusat dan Informasi Badan Penganggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat setidaknya ada 12 ancaman bencana di provinsi Sumatera Utara, diantaranya banjir, gelombang esktrem dan abrasi, gempa bumi, dan tsunami. kebakaran hutan dan lahan, kegagalan teknologi, kekeringan, epidemi dan wabah penyakit, letusan gunung berapi, cuaca ekstrem, tanah longsor, dan banjir bandang.
Sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas pekerja kemanusiaan yang bertugas dalam merespon kebencanaan, Yayasan PKPA sebagai salah satu LHP pada program ToGETHER atas dukungan Caritas German Indonesia menginisiasi Pelatihan Standar SPHERE pada Respon Bencana bagi Organisasi Kemanusiaan di Sumatera Utara sejak 30 November hingga 3 Desember 2021 di Hotel Harper Medan. Pelatihan ini dilaksanakan untuk memenuhi standar minimal dalam melakukan respon tanggap darurat bencana menggunakan standar SPHERE yang sudah berlaku secara internasional dalam respons bencana. Delapan belas peserta yang berasal dari lembaga pemerintah, lembawa swadaya masyarakat dan komunitas yang fokus dalam penanggulangan bencana mendapatkan pelatihan untuk dapat memenuhi hak-hak dasar korban saat bencana terjadi.
Fasilitator pada kegiatan kali ini adalah Yushar Ismail selaku Country Project Coordinator ToGETHER Indonesia, Syahri Ramadhan dari Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI), serta Ismail Marzuki dan Intan Dirjalaila dari Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA). Keempat fasilitator bergantian menjelaskan tentang penggunaan buku panduan SPHERE dalam respon-respon kebencanaan. Materi yang dibedah diantaranya tentang mekanisme kluster, isu lintas sektor dalam SPHERE, standar kemanusiaan inti dan standar sektoral.
Syahri Ramadhan selaku salah satu fasilitator menyampaikan bahwa panduan SPHERE dapat menjadi rujukan bagi pekerja kemanusiaan dan mempermudah dalam setiap aksi respon cepat, karena buku panduan ini telah memuat beragam standar informasi penting terutama saat organisasi kemanusiaan melakukan kajian cepat terkait kebutuhan korban bencana, terutama dalam penyediaan fasilitas WASH (air, sanitasi dan kebersihan), pangan, kesehatan dan shelter.
Hai ini senada dengan ungkapan salah satu peserta pelatihan. “Pengetahuan untuk standar SPHERE ini menjadi pengetahuan yang baru untuk bisa memaksimalkan dalam respon bencana, saya sendiri baru pertama kali mengikutinya dan sangat senang mengikutinya. Harapannya kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dalam respon bencana seperti ini bisa terus ditingkatkan.” Papar Dra. Dewiwati M Sihite, Msp, salah satu peserta yang berasal dari BPBD Provinsi Sumatera Utara.(*)