
PKPA Sulawesi Tengah melaksanakan konsultasi anak 2023 yang dilaksanakan di yula caffe, Jalan Bali Lolu Selatan Kota Palu. Kegiatan ini dihadiri oleh 16 orang perserta dari 7 sekolah yang ada di Kota Palu. Empat belas peserta berasal dari Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 2 Peserta berasal dari Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Konsultasi anak ini dipandu oleh Reza Anugrah dari wahana visi sebagai fasilitator. Kak Reza juga merupakan bagian dari yayasan sikola mombine. Beliau membahas tentang bagaimana pentingnya anak-anak (remaja) melakukan sebuah advokasi dalam lingkungan keluargga, lingkungan pendidikan maupun lingkungan masyarakat. juga bagaimana anak-anak (Remaja ) menjadi peer educator (pendidik sebaya) yang memiliki kepedulian dan memahami informasi dan edukasi seputar remaja secara keseluruhan dengan menerapkan prinsip dasar dengan tidak menganggap dirinya adalah yang paling memahami segalanya.
Melalui metode role play kasus dan juga simulasi yang menyenangkan, anak – anak lebih mudah mendeskripsikan sebuah kasus, menentukan aktor yang dibutuhkan anak- anak (remaja) untuk berkolaborasi saat melakukan advokasi. Peserta konsultasi menjadi lebih bersemangat dan siap mengimplementasikan apa yang mereka pelajari di Sekolahnya masing-masing.
Pada sesi role play anak-anak diminta untuk berfikir secara kreatif. Role play dibagi menjadi 3 kelompok, masing masing kelompok akan menganalisis sebuah cerita dan mencarai cara untuk menyebrangkan 3 elemen yaitu : singa, kambing dan rumput dengan selamat. Kemudian hasil diskusi akan dipaparkan dan masing-masing kelompok harus memberikan alasan mereka. Melalui cerita ini, kita dapat melihat bagaimana anak-anak berfikir secara kreatif untuk memecahkan sebuah masalah.
Role play kedua. Anak-anak diminta untuk memetakan dan menuliskan actor-aktor yang dapat membantu dan menghambat proses penyelesaian masalah, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar sekolah. Selanjutkan fasilitator akan memberikan 2 kasus untuk diidientifikasi. Kelompok pertama membahas studi kasus tentang kekerasan seksual dan kelompok kedua membahas tentang kasus kekerasan bullying. Setelah mereka mengidentifikasi kasus-kasus tersebut, anak-anak diminta untuk menentukan akar permasalahan dan juga mencari tau siapa saja actor-aktor yang menghambat dan mendukung penyelesaian kasus tersebut.
Lantas pada materi menjadi pedidik sebaya (peer educator), peserta dibagi kedalam 3 kelompok. Masing-masing kelompok akan melakukan simulasi menjadi pendidik sebaya. Kelompok pertama membahas tentang kehamilan yang tidak direncanakan. Mereka mencoba mengedukasi teman sebaya tentang permasalahan yang dapat terjadi pada remaja akibat berbagai macam pergaulan. Kelompok kedua memberikan edukasi tentang jenis-jenis permasalahan remaja dan apa saja yang harus diproteksi agar remaja terhindar dari berbagai hal yang mungkin dapat mengancam keselamatan mereka. Kelompok ketiga mencoba menjelaskan pengertian bullying dan apa saja dampak yang akan dialami oleh korban. “Melalui konsultasi anak ini, peserta akan mengetahui pentingnya advokasi dan juga bagaimana kiat-kiat menjadi pendidik sebaya yang tidak menggurui. Role play dan juga simulasi kepada anak-anak bertujuan agar mereka lebih berani dan lebih percaya diri untuk menyuarakan pesan perlindungan, bahkan yang berasal dari temanyang takut untuk bersuara.” Papar Reza Anugrah selaku fasilitator. Beliau juga berharap melalui konsultasi ini anak-anak dapat belajar dan pengetahuan yang diperoleh tidak terputus dan terus diimplementasikan dalam lingkungan dan kehidupan.( DMC – Apri)