Spanduk bertuliskan “Training Series for Child Led Agencies” terpasang di bagian atas satu sisi ruangan di Hotel Santika Premiere Dyandra Medan. Lima belas anak tampak masuk memenuhi ruangan. Mereka merupakan anggota dari komunitas anak Hero of Digital Protection (HeDiPro). Kali ini mereka mengikuti kegiatan seri pelatihan kedua yang diselenggarakan Yayasan PKPA melalui Program Cybersafety. Pada pelatihan kali ini dilakukan Training of Trainer (ToT) untuk pendidik sebaya dengan menggunakan modul pembelajaran e-learning tentang keamanan di dunia digital.
Berlangsung selama tiga hari, dari 20 hingga 22 Maret 2023, kegiatan ToT Pendidik Sebaya menggunakan e-learning ini terbagi ke dalam 3 sesi. Sesi satu di hari pertama, anak-anak akan mempelajari berbagai materi yang ada di e-learning. Total terdapat empat materi yang dipelajari oleh mereka, yaitu mengenai cyberbullying, memilih teman di sosial media, menyeleksi hal-hal yang dibagikan di sosial media, dan menghindari adiksi pornografi.
Duduk manis bersila, sorot mata mereka tertuju ke arah layar bercahaya. Tidak ada rasa kantuk dan raut muka memelas yang nampak, anak-anak antusias dan tertarik dengan materi yang disampaikan dalam e-learning. Perlu diketahui, setelah mempelajari materi ini anak-anak akan membuat dan menyampaikan kembali materi dengan metode sesuai dengan kreativitas mereka masing-masing.
Ayu Lestari, Focal Point E-Learning Yayasan PKPAsekaligus fasilitator pelatihan mengatakan diperkenalkannya e-learning kepada peserta bertujuan agar anak memahami cara penggunaannya, sehingga nantinya mereka dapat mempelajarinya secara mandiri. “Selain itu juga, e-learning dapat menjadi additional course yang dapat digunakan ketika mereka mernjadi peer educator dalam mengedukasi teman-temannya,” imbuh Ayu.
Setelah memahami materi dari e-learning di hari pertama, kegiatan pelatihan dilanjutkan dengan memahami public speaking pada hari kedua. Hal ini dimaksudkan untuk mendukung peningkatan kemampuan mereka sebagai pendidik sebaya dalam menyampaikan materi dan berbicara di depan publik.
Salah seorang peserta pelatihan, Calvin Andreas turut berbagi kesannya terkait gelaran pelatihan ini. Menurutnya secara keseluruhan pelatihan ini sangat seru, mulai dari fasilitator, materi, panitia, dan pesertanya. Tidak hanya itu, ia mendapatkan banyak hal baru dari materi dan juga proses selama berkegiatan. “Jadi tahu tentang bullying, menjaga privasi, mengerti kerja sama kelompok, belajar percaya diri, dan juga teknik menjadi public speaker,” ulas Calvin.
Tampil sebagai pembuka pada sesi role play di hari ketiga, Calvin membeberkan bahwa ia merasa gembira ketika menyampaikan materi. Meskipun didapatkan secara undian, materi cyberbullying ini sangat ia pahami. Sehingga Calvin dan kelompoknya dapat menyampaikan materi dengan bersemangat. “Ini juga karena fasilitatornya memberikan materi dengan bagus dan mudah dipahami,” ujarnya.
Calvin juga mengaku sangat terkejut ketika di akhir kegiatan mendapatkan penghargaan sebagai peserta paling aktif ketika role play. Karena semua peserta memberikan yang terbaik dan suasana kompetitif ketika role play, Calvin tidak merasa akan mendapat penghargaan. “Eh taunya teman-teman memilih Calvin sebagai yang paling aktif,” tuturnya.
Perlu diakui, tidak hanya Calvin, namun semua peserta mampu menyampaikan materi dengan sungguh brilian. Bagaimana tidak, mereka hanya memiliki waktu kurang dari dua hari untuk mempelajari materi dan cara penyampaian yang baik. Belum lagi mereka harus menyiapkan berbagai kebutuhan presentasi.
Calvin berharap ilmu yang telah ia dapatkan dari pelatihan ini, dapat ia bagikan kepada teman-teman di sekolahnya, yaitu Satuan Gugus Tugas SMKN 3 Medan. Ia merasa dapat memberikan hal positif kepada teman-temannya seperti yang ia lakukan ketika pelatihan.
Harapan Calvin itu, selaras dengan maksud dari tujuan ToT Pendidik Sebaya ini diadakan. Ayu mengatakan setelah pelatihan ini, harapannya anak-anak yang menjadi peserta dapat lebih termotivasi dan percaya diri dalam menyebarkan informasi tentang hak anak dan bahaya kekerasan terhadap anak di lingkungan sekitar dan juga melalui platform digital.
Sebagai upaya menyebarkan informasi mengenai keamanan di dunia digital, selanjutnya komunitas anak HeDiPro berkomitmen akan mengadakan kegiatan sosialisasi ke sekolah dan komunitas anak di Medan. Tentu saja, mereka sendiri yang akan menyampaikan materi terkait perlindungan di dunia digital tersebut. Hal ini tentu patut dinantikan, agar kelak informasi mengenai keamanan di dunia digital dapat diterima seluruh anak di Kota Medan, bahkan di seluruh Indonesia. Melalui Langkah ini, harapannya angka kekerasan siber terhadap anak dapat berkurang. (DMC – Anggi)