Berbusana batik dengan nuansa biru, identik pula dengan kaca mata dan rambut ikal pendek. Salah seorang pendiri PKPA memasuki aula gedung raz residence dengan senyumnya yang merekah. Mungkin jika beliau mampu mengekspresikan kebahagiaannya yang sarat, beliau akan melonjak seperti anak – anak yang merdeka melihat 26 tahun perjuangannya membuahkan kelompok besar yang riuh melanjutkan estafet perjuangan perlindungan anak. Beliau adalah Ahmad Sofian, salah satu pendiri Yayasan Pusat kajian dan Perlindungan Anak.
26 Tahun yang lalu, saat masyarakat tengah disibukkan dengan berbagai dinamika politik dan geliat reformasi, dimana kekerasan dan kekacauan kerap terjadi di jalan dan sudut – sudut kota. Tiga orang anak muda memiliki kekhawatiran yang besar terkait hak – hak anak, terutama anak – anak yang berhadapan dengan hukum. Mereka adalah Ahmad Sofian, Aminah Aziz dan Fadly Nurzal.
Ketiganya merasa resah melihat ada banyak anak-anak yang berhadapan dengan hukum dipenjara dan diadili tanpa ada pendampingan hukum yang maksimal. Kekhawatiran inilah yang akhirnya meyakinkan ketiganya untuk mendirikan Yayasan PKPA.
Mengusung tema Sinergi untuk Melindungi Anak dan Perempuan Indonesia, PKPA mengukuhkan 25 tahun perjuangan melindungi anak – anak dan perempuan. Berawal dari pendampingan terhadap anak – anak yang berhadapan dengan hukum, hingga saat ini berbagai program strategis telah lahir untuk memastikan hak – hak anak terpenuhi dengan maksimal.
Guna menandari 26 tahun kolaborasi bersama masyarakat, berbagai aktifitas dilakukan. Tidak hanya di kantor pusat PKPA Medan, namun juga di kantor cabang Nias dan juga Palu. Aktifitas yang dilakukan disusun bersama dengan masyarakat dan anak – anak yang didampingi, serta seluruh pendamping PKPA. Mulai dari perlombaan tradisional di tiga wilayah dampingan PKPA yang bertujuan untuk meningkatkan kembali kebersamaan dan semangat di masyarakat pasca pandemic, hingga perlombaan – perlombaan dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi seperti lomba pidato di Palu. Semua perlombaan ini hadir dari keinginan masyarakat dampingan untuk meningkatkan rasa kebersamaan, terutama karena saat pandemi covid-19 kegiatan seperti ini sulit direalisasikan.
Pada puncak perayaan ulang tahun PKPA di tanggal 21 oktober 2022, berbagai perwakilan stakeholder dan masyarakat dampingan diundang untuk ikut serta merasakan kebahagiaan dan syukur atas upaya perlindungan anak yang mulai membuahkan hasil. Meski saat ini masih kerap ditemui kekerasan terhadap anak, namun PKPA berharap dengan adanya Kerjasama lintas sector, maka perjuangan dalam melindungi hak – hak anak bisa lebih maksimal.
“Sepanjang sepuluh tahun terakhir, PKPA menyasar penguatan dan peningkatan kapasitas apparat penegak hukum, peningkatan kapasitas penyedia layanan perlindungan anak, juga penguatan jejaring perlindungan anak di Medan, Nias, Jakarta dan di Sulawesi. Kita juga memperkuat jejering di tingkat regional dan Nasional baik untuk isu perlindungan anak, maupun isu humanitarian.” Papar Keumala Dewi, Direktur Eksekutif PKPA.
Berselang satu hari, PKPA juga merayakan ulang tahun di Nias, serta dua hari setelah perayaan juga dilakukan di Palu. Nias dan Palu memiliki cerita uniknya sendiri. Nias merayakan 26 tahun PKPA, sekaligus dengan peresmian kantor PKPA Nias yang juga merupakan pusat layanan perlindungan anak yang cukup diandalkan di Nias. Peresmian kantor PKPA Nias ini juga mengukuhkan perjuangan PKPA selama 17 tahun di Pulau nias, bukan hanya untuk pendampingan hukum bagi anak – anak yang menjadi korban kekerasan, namun juga menjadi wadah bertumbuh perempuan – perempuan hebat yang pada akhirnya memahami arti kesetaraan dan perlindungan.
Pemotongan Pita Simbolis Peresmian Kantor PKPA Nias
Berbeda dengan Nias, Yayasan PKPA di Palu merayakan 26 tahun PKPA bersama para dampingan terutama keluarga. Pada kesempatan ini juga PKPA menyajikan materi edukatif terkait good parenting bagi keluarga. Di Palu, PKPA memang masih tergolong muda belia, namun mendapat respon yang sangat positif di masyarakat, komunitas lokal dan pemerintah daerah. Terbukti pada kesempatan ini, 120 peserta ikut memeriahkan 26 tahun PKPA mengabdi demi keselamatan dan perlindungan anak.
“Kami berharap PKPA mampu memberikan pendampingan, melakukan kajian dan menjadi organisasi yang memayungi dan memberikan inspirasi bagi orang – orang, agar tergerak hatinya untuk melakukan perlindungan anak, khususnya di Sumatera Utara.” Tutup Ahmad Sofian, penggila coffee latte ini dengan lugas saat dimintai harapannya terhadap usia PKPA yang terbilang sudah cukup matang ini.
Dalam kesempatan ulang tahun PKPA ke 26 ini juga, para pejuang perlindungan anak di PKPA juga diajak untuk flashback melalui beberapa video yang menampilkan foto – foto kenangan di awal – awal perjuangan membangun PKPA. Harapan dan mimpi mereka seolah tergambarkan dalam rekam digital hitam putih yang menampilkan para pendiri awal melakukan serangkaian aktifitas baik berbentuk pelatihan maupun kajian – kajian yang menjadi awal mula lahirnya tulisan – tulisan inspiratif yang menjadi tolak ukur perjuangan PKPA saat ini. Lantas memori yang kembali bangkit dan hidup pada 26 tahun PKPA ini, harapannya dapat menjadi penyemangat bagi semua pihak untuk terus berjuang memerdekanan hak – hak anak, terutama di Indonesia. (Ayu – DMC PKPA)
Nias Medan Palu